Kedai BAKSO SABILI

Kedai BAKSO SABILI
Jl. Ciwastra 187 Buah Batu Bandung

Tips Mengatasi Luka Bakar

Anda mengalami luka bakar? Baiknya jangan gegabah mengatasi luka akibat terkena api atau benda panas ini. Cedera pada jaringan kulit ini juga tak bisa dijadikan hal yang sepele.

Luka bakar di lapisan permukaan kulit bisa terasa lebih sakit daripada luka bakar dalam. Pada luka bakar dalam biasanya kulit sudah berubah warna menjadi putih dan bentuknya dan terasa tidak sakit. Sedangkan luka bakar pada permukaan kulit biasanya menyebabkan kulit berwarna kemerahan dan rasanya sakit sekali. Maka yang harus Anda lakukan adalah:


1. Begitu terkena benda atau cairan panas langsung singkirkan pakaian di sekitar luka bakar. Lakukan sesegera mungkin jangan sampai benda atau cairan panas itu mengenai pakaian yang lelehannya bisa jatuh ke kulit Anda.

2. Segera basuh luka dengan air dingin. Kira-kira selama 15 menit atau lebih sampai luka terlihat lebih baik. Hal ini untuk mendinginkan luka sebelum terkena obat. Kompres luka dengan kain kasa. Jangan gunakan kapas atau bahan lain yang sekiranya bisa menempel di kulit.

3. Anda sering melakukan pertolongan pertama dengan menggunakan odol? Mulai sekarang jangan lakukan hal tersebut. Hindari odol, mentega atau salep apapun karena salah-salah luka Anda akan makin parah. Air dingin cukup untuk meredakan nyeri luka bakar.

4. Segeralah periksakan luka bakar ke dokter untuk menghindari infeksi bakteri. Jika Anda terinfeksi bakteri, setelah mengalami luka tersebut Anda akan demam, radang dan luka Anda mengeluarkan nanah.

5. Luka bakar yang cukup serius sebaiknya langsung Anda bawa saja ke dokter atau rumah sakit. Karena bisa-bisa jaringan kulit Anda akan rusak dan merusak sistem kerja tubuh lainnya. Secepatnya Anda harus mendapatkan perawatan intensif.

Sumber: Syntia, dechacare.com


Mana Yang Lebih Hebat???

Kakek meletakkan surat kabar yang ia baca, kemudian menatapku melewati
kaca mata plusnya yang tebal.

"Apa itu cerdas?" tanyanya.

"Pandai berpikir." jawabku.

Kakek mengangguk. "Lalu apa itu rajin?"



"Suka bekerja." jawabku lagi.

"Kemarilah." Ia melambaikan tangan agar aku duduk di sisinya. Aku
mendekat dan duduk di kursi di sampingnya. Melihat dari dekat wajah
kakek yang diukir guratan usia tua, dibingkai sepasang mata teduh yang
menyimpan selaksa kebijaksanaan.

"Nah, sekarang katakan, apa yang kau naiki kemarin waktu menuju ke rumah
kakek?"

"Mobil."

"Benar, mobil. Apa yang membuatnya bergerak?"

"Mm... Roda."

"Apakah roda hanya dapat melaju lurus ke depan?"

Aku menggeleng. "Tidak, roda dapat berbelok-belok. "

"Mengapa demikian?"

"Karena ada kemudinya." Jawabku lagi. Masih tak memahami apa hubungan
semua ini dengan pertanyaanku tadi.

Kakek tersenyum.

"'Roda' adalah 'rajin', karena ia selalu bergerak. Itulah kewajibannya,
pekerjaannya, tugas yang harus selalu ia lakukan. 'Kemudi' adalah
'cerdas', karena ialah yang berpikir, menentukan kemana roda harus
berbelok, ke kanan, atau ke kiri."

"Berarti 'cerdas' lebih hebat, karena tanpa kemudi, roda tak dapat
mengerti kemana harus mengarahkan lajunya!" Aku berseru.

"Begitukah? Jika tak ada roda apakah ia akan tetap hebat? Apa jadinya
kemudi tanpa roda, apakah mobil tetap dapat melaju?" Kakek bertanya.

"Berarti... 'rajin' lebih hebat. Walaupun tanpa kemudi, ia masih dapat
melaju." sahutku ragu-ragu.

"Dan membiarkan mobilnya menabrak segala sesuatu, karena tidak mengikuti
alur jalan yang berliku?"

Aku memandang kakek.

"Cucuku... Keduanya tidak akan menjadi hebat, bila berdiri
sendiri-sendiri, terpisah, tanpa mau bergabung. Karena kehebatan itu
hanya muncul bila mereka saling mendukung dan bekerja sama. Kemudi yang
menentukan arahnya, dan roda yang melajukan mobil sesuai tugasnya."

Kakek menatapku, "Kau tahu, apa yang membuat keduanya bekerja bersama?"

Aku menggeleng.

"Pengemudi mobilnya. Yang mengatur kemudi dan roda agar saling mendukung
dan berjalan bersama. Bagaimana laju mobilmu, halus atau kasar, menabrak
atau lancar, tergantung siapa yang duduk di tempat itu." jawab Kakek.

"Ia adalah hatimu." Telunjuknya terarah ke dadaku.

"Yang mengatur lajunya langkahmu. Dengannya kau memilih, apakah hanya
menjadi cerdas, atau hanya menjadi rajin, atau memutuskan mendudukkan
keduanya bersisian dan saling melengkapi satu sama lain.

Secerdas apapun seseorang, sebesar apapun idenya, tak akan berguna tanpa
kerja keras yang mewujudkannya menjadi nyata.

Serajin apapun seseorang, bila itu dilakukan tanpa pemikiran, hasilnya
hanya akan menjadi sia-sia."

Kakek menatapku dengan bijak.

"Jadi, menurutmu, mana yang lebih hebat, menjadi cerdas atau menjadi
rajin?"

"Menjadi keduanya." Kataku mantap, dengan senyum lebar membalas
senyumnya.


Powered by Blogger