Kedai BAKSO SABILI

Kedai BAKSO SABILI
Jl. Ciwastra 187 Buah Batu Bandung

BILA SI KECIL TERJATUH

Tak perlu panik, tapi juga jangan anggap remeh sekalipun ia tak menunjukkan gejala apa-apa.
Banyak ahli mengatakan, usia bayi merupakan masa rawan kecelakaan. Salah satunya, terjatuh. Entah dari boksnya kala berguling, tempat tidur orang tua, ataupun kala ia tengah mencoba memanjat ke atas kursi/meja, merangkak menaiki anak tangga, belajar berjalan, dan sebagainya. Maklumlah, ia belum tahu mana yang berbahaya dan mana yang tidak. Bukankah ia tak akan tahu bila ada air tergenang akan membuat lantai jadi licin, misalnya? Tambah parah lagi, rasa ingin tahunya di usia ini sangat tinggi. Ia ingin mencoba segala hal tanpa tahu apa risikonya. Alhasil, terjatuh bisa menjadi santapan hariannya.


Yang membingungkan sekaligus bikin cemas, tak jarang si kecil anteng-anteng saja setelah terjatuh, sepertinya tak ada dampak apa-apa. Pengalaman Ibu Retno Asih Camato, misalnya. Putrinya yang berusia 8 bulan terjatuh dari tempat tidur kurang lebih sebulan yang lalu. "Tapi setelah terjatuh, ia tetap sehat dan ceria seperti biasa, tak kurang suatu apapun. Saya jadi bingung dan penasaran. Benarkah jatuhnya si kecil tak berbahaya?" tulis pembaca yang mukim di Malang ini dalam suratnya kepada nakita, sebagaimana banyak pembaca lain yang juga punya masalah serupa dan meminta nakita mengulas masalah ini selengkap-lengkapnya.
TERJADI PEMBENGKAKAN
Ternyata, jatuh pada bayi memang tak selamanya berbahaya. Bahkan, ada yang sama sekali tak menimbulkan gejala apapun. Menurut Dr.H.M.V. Ghazali MBA.MM, parah-tidaknya akibat jatuh dipengaruhi oleh ketinggiannya. "Makin tinggi suatu tempat, maka kecepatan jatuh semakin tinggi juga." Disamping, bagian mana yang duluan terbentur juga akan mempengaruhi, apakah kepala atau anggota gerak, misalnya.
Tak hanya itu, jika bayi jatuh di tempat yang lunak seperti kasur, maka tak berbahaya sehingga tak akan menimbulkan gejala apapun. Lain hal bila jatuhnya di lantai yang keras dan terjadi benturan dengan lantai, "biasanya akan terjadi pembengkakkan." Bila tangan atau kaki yang terbentur, misalnya, maka di daerah yang terbentur akan ada bengkak atau warna kebiru-biruan.
Pembengkakkan tersebut disebabkan terkumpulnya berbagai cairan di tempat terjadinya trauma atau istilah medisnya, inflamasi. Pertolongan pertama yang bisa diberikan bila terjadi pembengkakkan ialah memberikan obat anti inflamasi. Namun bayi harus tetap dibawa ke dokter. "Orang tua tak boleh
memiliki self-confidence yang tinggi sehingga karena yakin diri si bayi tak apa-apa lalu tak dibawa ke dokter," ujar Ghazali.
Pasalnya, terang spesialis anak pada Kid's World ini, kadang terjadi gangguan di dalam namun di luar tak terlihat gejala apa-apa. Nah, dengan diperiksa oleh dokter, akan diketahui apakah anak memang hanya mengalami kebiru-biruan saja ataukah ada gangguan lain. "Dokter akan memeriksa sarafnya. Dia akan melihat, bagaimana reflek mata anak, bagaimana reflek cahaya, dan lainnya. Dengan begitu, ia akan tahu bila ada gangguan di dalam yang tak terlihat dari luar."
WASPADAI KEPALA
Terlebih lagi bila pembengkakkannya terjadi di daerah kepala. "Biasanya ini yang paling membuat khawatir karena di daerah kepala terdapat sistem saraf pusat," tutur Ghazali lebih lanjut.
Namun tak berarti semua benturan di kepala bersifat fatal karena ada juga yang ringan. Hal ini disebabkan, kepala terdiri dari dua bagian. Bagian yang keras terdiri dari tulang, disebut tempurung kepala; dan bagian yang lunak berupa jaringan otak besar serta otak kecil, dilindungi oleh tempurung kepala. Bila terjadi trauma di kepala, biasanya yang terbentur adalah tulang kepala. Nah, di antara kulit dan tulang kepala terdapat pembuluh darah atau jaringan yang mudah pecah. Maka, bila terjadi pendarahan di tulang kepala akan terlihat seperti ada benjolan di tempat benturan.
Prinsipnya, selama prosesnya berada di luar tulang kepala, maka tak berbahaya. "Tapi ada juga benturan agak berat yang mengakibatkan tulang kepala retak sehingga terjadi kumpulan darah di jaringan kepala. Kejadian ini disebut hematom." Biasanya dokter akan melakukan rontgen untuk mengetahui ada-tidaknya gangguan pada struktur tulang kepala. Namun rontgen hanya akan dilakukan apabila dokter melihat ukuran hematomnya besar.
Yang jelas-jelas berbahaya bila benturan mengenai bagian lunak kepala atau otak, baik otak besar maupun kecil. Untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan otak, tak ada cara lain kecuali secepatnya membawa si bayi ke dokter, karena hanya dokterlah yang bisa segera mengetahui dan menentukan apakah ada tanda-tanda gangguan saraf atau tidak.
GEJALA
Sayangnya, kejadian jatuh terkadang tak memungkinkan orang tua segera membawa bayinya ke dokter. Entah karena kejadiannya di malam hari atau ketika sedang berlibur. Untuk itu, ada beberapa tanda atau gejala yang perlu diperhatikan orang tua apabila si kecil mengalami gangguan sistem saraf akibat terjatuh.
1. Penurunan Kesadaran.
Ingat, lo, fungsi sistem saraf untuk kesadaran. Jadi, bila sistem sarafnya terganggu berarti akan terjadi penurunan kesadaran pada bayi. Tapi penurunan kesadarannya bukan berarti hilang kesadaran sama sekali seperti pingsan, karena penurunan kesadaran itu bertingkat-tingkat. Yang paling ringan, bayi tampak seperti mengantuk.
2. Mual atau Muntah.
Dalam 3 hari, observasilah anak. Bila terjadi penekanan intrakarnial (penekanan di dalam tengkorak kepala), maka gejala yang muncul adalah mual atau muntah. Namun muntah yang terjadi berbeda dengan muntah biasa, yakni lebih memancar dari muntah biasa, disebut muntah proyektil. Biasanya kita sulit untuk membedakan antara muntah biasa dan muntah proyektil. Jadi, patokannya, kalau ada muntah berarti suatu pertanda untuk segera berkonsultasi ke dokter terdekat yang bisa dihubungi pada saat kejadian.
3. Hangat dan Demam.
Ini merupakan pertanda adanya perubahan sistem karena otak mengatur sistem yang ada di tubuh kita seperti suhu, kecepatan detak jantung, kecepatan frekuensi napas, dan lainnya.
Nah, jika Bapak-Ibu melihat ada gejala-gejala tersebut, segeralah bawa si kecil ke dokter. Ceritakan semuanya kepada dokter agar dokter bisa melakukan pemeriksaan lebih terarah. Misal, pemeriksaan saraf. "Yang paling sederhana, dokter akan memeriksa reflek-refleknya," ujar Ghazali.
Selanjutnya, dokter akan memutuskan tindakan apa yang perlu diambil; apakah cukup hanya diobservasi di rumah ataukah harus dibantu dengan obat-obatan, dan sebagainya. Semua keputusan tersebut diambil disesuaikan dengan situasi pada saat pemeriksaan dengan riwayat kejadiannya. Itulah mengapa, kita wajib memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan sejujur-jujurnya kepada dokter.
BAYI TERJATUH BOLEH DIURUT
"Toh, urut juga banyak yang membuahkan hasil yang baik," ujar Ghazali. Yang penting diperhatikan, apakah tukang urutnya benar-benar berpengalaman. Kalau tidak, bukannya si kecil sembuh, malah akan semakin memperparah. "Bila pada sesuatu garis fraktur ada keretakan sementara tukang urutnya enggak mengerti, maka garis retakan yang tadinya tak begitu parah malah bisa bergeser."
Tukang urut yang tak berpengalaman, jelas Ghazali, tak bisa membedakan antara masalah pergeseran tendo dengan terjadinya garis fraktur yang retak namun belum terpisah. Posisi seperti ini sebenarnya patut dipertahankan sehingga dapat disambung di tempat yang persis. Tapi kalau diurut, bisa-bisa malah bergeser tempatnya. Kalau sudah begitu, dokter tulang harus kerja ekstra untuk mengembalikan dulu ke posisi semula.
"Lain hal bila hanya terjadi salah urat atau dislokasi namun tak ada keretakan, maka tukang urut yang berpengalaman biasanya dapat mengembalikannya." Jadi, kalu tak yakin dengan tukang urut, sebaiknya si kecil tak usah diurut, ya, Bu-Pak. Lebih baik dibawa ke dokter saja agar dapat di-rontgen untuk mengetahui posisi tulangnya, apakah cuma dislokasi atau fraktur.
TAK PERLU PANIK
Kalau Ibu-Bapak panik, selain bisa memperburuk suasana, juga dapat menimbulkan trauma psikologis pada bayi. Sebenarnya, tutur Ghazali, pada saat terjatuh, bayi enggak apa-apa. "Tapi karena ia melihat kepanikan orang-orang di sekitarnya yang begitu memperhatikan kelainan yang terjadi pada dirinya, ia pun menangkap ada sesuatu yang tak beres." Apalagi semua orang memeriksa berulang-ulang bagian yang terbentur, sehingga ketika sampai di tempat dokter, ia sudah histeris. Akibatnya, dokter harus membedakan antara rasa sakit yang sesungguhnya atau hanya histeria saja.
"Memang ada juga histeria yang terjadi karena ada pain atau gangguan fungsi. Tapi bisa juga, kan, si bayi memberikan respon yang berlebihan bahwa itu sakit sekali," lanjut Ghazali. Nah, bila sampai terjadi perbedaan antara pemeriksaan fisik dengan respon si bayi, maka sebenarnya yang traumatik adalah psikisnya.
Jadi, tandasnya, jika bayi sampai terjatuh atau kecelakaan, yang pertama adalah orang tua enggak panik. "Juga enggak perlu sampai ngebut segala bawa mobil karena bisa-bisa si bayi yang sudah jatuh, akibat ngebut malah ia tergesek-gesek posisinya sehingga bagian yang retak jadi berpindah. Kan, malah tambah parah jadinya." Ingat, ya, Bu-Pak, bertindak cepat memang perlu tapi harus disertai ketenangan.

# Bayi-Kita #

Adab Seorang Istri terhadap Suami

By: agussyafii

"Dunia (hidup di dunia ini) adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan di dunia ini
adalah istri yang baik (sholehah)." (Shahih Muslim, Kitab 14, Bab 17, Hadits No. 1467).

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh seorang istri yang sholehah di dalam keluarga, termasuk pergaulannya terhadap suami. Beberapa hal tersebut adalah:


1. Menjadi seorang istri yang baik adalah sedemikian penting sehingga dari titik pandang Islam, seorang istri yang baik dipandang sebagai sesuatu yang paling baik di dunia.

2. Peranan perempuan dalam rumah tangga sangat penting. Sesungguhnyalah ia merupakan faktor penentu.

3. Istri harus melakukan yang terbaik untuk menjaga agar suaminya tetap senang kepadanya.

4. Istri ideal harus memadukan tiga hal : Ia dapat membahagiakan suaminya bila suami
melihatnya, dengan cara merawat diri agar selalu tampil cantik menarik di depan
suaminya. Ia harus mentaatinya jika ia menyuruhnya; Ia tidak menentang keinginan suaminya baik menyangkut diri sang istri atau harta bendanya dengan melakukan sesuatu yang dicela olehnya.

5. Menolak tidur
bersama suaminya ketika ia mengajaknya tidur adalah merupakan satu kesalahan besar yang harus dihindarkan.

6. Ketika sang
istri berniat untuk berpuasa sunat, ia boleh melakukannya hanya setelah ada izin dari suaminya. Jika ia tidak memperoleh izin suaminya, maka suami berhak untuk membuatnya membatalkan puasa yang sedang dijalaninya. Alasan untuk ini adalah bahwa mungkin ia berkeinginan untuk melakukan hubungan seksual dengannya, yang tentu ia tidak bisa melakukannya jika sang istri berpuasa atas pemberian izin darinya.

7. Adalah kewajiban seorang istri untuk tidak mengizinkan seseorang, yang tidak
diinginkan suaminya, untuk masuk ke dalam rumah tanpa izin darinya.

8. Istri tidak boleh memberikan sesuatu yang mungkin hak milik suaminya tanpa perkenannya.

9. Seorang istri tidak patut meminta dari suaminya uang tambahan atau apa yang ia tidak miliki atau tidak mampu memberikannya, dan ia harus menunjukkan rasa terima kasih atas apapun yang ia berikan.

10. Seorang istri harus mengakui bantuan apapun yang diberikan suaminya di dalam rumah.

11. Istri yang baik adalah ia yang taat pada perintah suaminya jika ia memintanya melakukan sesuatu.

12. Pada saat suami pulang ke rumah, istri harus menyambutnya dengan ramah dan menemuinya dengan penampilan yang baik dan cantik.

13. Istri harus berusaha untuk tidak mengabaikan kebutuhan-kebutuhan suaminya atau melalaikan tuntutan-tuntutannya. Semakin seorang istri memperhatikan suaminya, maka
semakin besar pula cintanya kepadanya. Kebanyakan para suami – secara faktual,
memandang perhatian sang istri pada mereka sebagai satu ekspresi dari cintanya.

14. Seorang istri harus berhati-hati untuk tidak menyampaikan pada suaminya, pada saat ia pulang, tentang persoalan-persoalan keluarga, atau mengadu padanya tentang anak-anak, dan lain-lain. Sebaliknya ia harus berupaya menciptakan suasana damai yang
justru dibutuhkan suaminya setelah melewati hari-hari yang panjang dan melelahkan.

15. Seorang istri sebaiknya mendiskusikan masalah-masalah keluarga dengan suaminya pada saat-saat yang tepat.

16. Bagi seorang istri yang menghormati kerabat dekat suaminya dan memperlakukan mereka dengan ramah adalah – sesungguhnya – merupakan tanda penghargaan dan hormat bagi suaminya.

17. Seringkali meninggalkan rumah adalah suatu kebiasaan buruk bagi perempuan. Ia juga tidak boleh meninggalkan rumah jika suaminya keberatan ia berbuat demikian.

18. Istri tidak boleh bercengkrama dengan laki-laki asing tanpa mengindahkan keberatan suaminya.

19. Istri harus penuh perhatian terhadap suaminya pada saat ia berbicara.

20. Seorang istri tidak berhak meminjamkan sesuatu dari harta suaminya yang bertentangan dengan keinginannya. Tetapi ia boleh meminjamkan hak miliknya sendiri.

21. Menuntut perceraian dari suami tanpa alasan yang kuat adalah dilarang.

22. Jika seorang teman suami bertanya tentang dia, ia boleh menjawabnya tetapi tanpa harus terlibat dalam percakapan panjang lebar.

23. Terlalu banyak berargumentasi dan berdebat dengan suami, menghitung-hitung kesalahan suami, sebenarnya hanya akan menumbuhkan kebencian dan memperburuk hubungan.

24. Memelihara rumah dan menjalankan tugas-tugas rumah tangga adalah menjadi tanggung jawab istri. Oleh karena itu ia harus mengerjakan tugas-tugas merawat rumah, perabot rumah tangga dan lain-lain dan juga harus hemat.

25. Seorang istri tidak boleh memberi sedekah dari harta suaminya tanpa seizinnya.

26. Berbicara tentang atau menceritakan pada orang lain mengenai masalah-masalah seksual antara suami dan istri adalah merupakan dosa menurut Islam.

27. Seorang istri tidak perlu merasa takut untuk menyatakan cinta dan kasih sayangnya terhadap suaminya. Hal itu akan menyenangkan hatinya dan membuatnya lebih dekat pada keluarganya; selain itu jika ia tidak menemukan seorang perempuan yang menarik dan mencintainya di rumah, ia mungkin sekali akan terdorong untuk mencari hiburan dimana saja, di luar rumah.

28. Kepemimpinan dalam keluarga adalah menjadi hak suami. Bagi perempuan yang menuntut persamaan yang penuh dan sempurna dengan suaminya, akan berakibat pada adanya dua pemimpin dalam keluarga dan ini tidak dikenal dalam Islam. Meskipun begitu suami tidak boleh bertindak dengan cara otokratis dan menyalahgunakan posisinya. Ia harus memperlihatkan cinta dan kasih sayangnya dan memperlakukan istrinya sebagai partner hidup.


Louis Braille, Mengubah Dunia Di usia Belia.

Siapa tak kenal Louis Braille? Tunanetra asal Perancis pendcipta huruf Braille; huruf yang biasa dipakai para tunanetra. Ketika kita para tunanetra membaca dan menulis dengan menggunakan huruf Braille, pernahkah kita berpikir bagaimana Louis Braille berjuang menciptakannya dan membuat ciptaannya itu diakui dunia? Dengan jerih payahnya di usia belia – 15 tahun, Louis telah membuka jendela ilmu pengetahuan bagi mereka yang “dalam gulita”. Dan, untuk mengenang jasanya pula, tanggal 4 Januari, hari kelahiran Louis Braille, diperingati sebagai “Hari Braille” oleh umat di seluruh dunia.
+

* Sekilas Tentang Huruf Braille *

Louis Braille, anak lelaki yang menjadi buta saat berumur tiga tahunan karena kecelakaan, pada awal masa sekolahnya merasakan betapa sulitnya kegiatan membaca dan menulis bagi orang-orang buta. Usaha-usaha telah dilakukan untuk membuat para tunanetra bisa membaca, misalnya dengan mencetak huruf-huruf dalam ukuran lebih besar secara timbul, atau mengadopsi bahasa sandi militer (night writing) yang berupa titik-titik timbul untuk digunakan para tunanetra.Tapi, kesemua itu dibuat tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan, apakah metode ini mudah, tepat dan dapat memenuhi kebutuhan para tunanetra akan membaca menulis serta kebutuhan akan buku.

Saat Louis mulai bersekolah di tahun 1819, The Royal Institute of Blind Youth -- sekolah khusus tunanetra di Paris tempat Louis belajar -- menggunakan huruf / alfabet timbul untuk murid-murid tunanetra. Cara ini tidak hanya menyulitkan tunanetra saat membaca karena huruf dicetak dalam ukuran besar, juga tidak memungkinkan tunanetra menulis. Di samping itu, karena ukuran huruf yang besarr-besar tersebut, membuat biaya pembuatan buku untuk tunanetra menjadi sangat mahal, akibatnya sekolah tersebut hanya mampu menyediakan 14 buku untuk seratus orang murid-murid yang belajar di sana.

Pada tahun 1821, seorang perwira – Kapten Charles Barbier --, hadir memperkenalkan “bahasa sandi” yang biasa dipakai oleh prajurit-prajuritnya untuk menyampaikan pesan rahasia, yang disebutnya “night writing”. Bahasa sandi ini berbentuk titik-tititk timbul, dibuat dengan alat menyerupai paku yang disebut “stylus”. Untuk menuliskannya, stylus ditusukkan ke kertas tebal yang terletak pada papan kayu. Stylus akan ditusukkan pada satu sisi dari kertas, dan hasilnya dibaca pada sisi lain dari kertas tersebut. Menurut Kapten Barbier, metode ini juga bisa digunakan oleh orang-orang buta, karena titik-titik timbul tersebut dapat diraba dengan jari-jari mereka.

Awalnya, para tunanetra yang belajar di The Royal Institute of Blind Youth terkesan dengan usulan Kapten Barbier. Tetapi kemudian, mereka merasakan masih ada yang salah dengan metode ini. Bahasa sandi tersebut hanya melambangkan bunyi-bunyi dalam suatu kata. Ini berarti akan ada ratusan sandi atau symbol yang mewakili bunyi-bunyian pada suatu bahasa. Di samping itu, karena titik-titik timbul itu hanya mensimbolkan bunyi, maka tunanetra tidak akan dapat membuat angka serta tanda baca. Ini akan menyulitkan jika harus membuat sebuah buku. Metode ini akan mudah jika hanya dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan singkat, seperti yang dilakukan oleh para tentara; misalnya “serang”, atau, “ada musuh di belakangmu”.

Tapi, Louis merasakan bahwa tak ada yang salah dengan “metode titik-titik timbul” Kapten Barbier. Hanya saja, titik-titik timbul itu tidak dibuat untuk melambangkan bunyi, tapi menurut Louis, titik-titik timbul itu seharusnya dibuat untuk melambangkan alfabet, angka, serta tanda baca. Dengan demikian, tunanetra akan sama dengan mereka yang bisa melihat; memiliki alfabet, tanda baca, serta angka dan tanda-tanda lain yang juga dipergunakan oleh mereka yang bisa melihat, dapat membaca dan menulis, serta, yang paling penting adalah dapat memiliki buku.

Karena tunanetra membaca dengan indera perabaan, maka, louis berpikir, huruf-huruf untuk mereka harus dapat dengan mudah dikenali cukup dengan merabakan satu ujung jari saja. Itu artinya, ukuran huruf itu harus tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.

Diusianya yang keduabelas, yang juga berarti di tahun ketiganya berada di sekolah khusus untuk tunanetra di Paris, secara diam-diam Louis muda memulai penelitiannya. Ia menciptakan kombinasi enam titik, yang dari enam titik itu tersusunlah symbol-simbol alfabet untuk orang-orang buta, yang kemudian disebut sebagai “system kecil”.

Sepanjang kurang libih tiga tahun penelitiannya, Louis senantiasa melibatkan teman-temannya sesama tunanetra untuk uji coba, apakah mereka merasa nyaman dengan system yang ia ciptakan. Dan, diusianya yang kelimabelas, Louis remaja berhasil menyelesaikan penelitiannya; menciptakan alfabet berbentuk titik-titik timbul untuk tunanetra.

* Tekun Dan Gigih Berjuang *

Setelah menyelesaikan penelitiannya, Louis muda mendapati tak semudah yang ia pikirkan, mengusulkan agar alfabet kombinasi enam titik ciptaannya itu diajarkan dan digunakan secara resmi di sekolah The Royal Institute Of Blind Youth.

Fakta bahwa ide brilian itu datang dari seorang anak buta justru dijadikan salah satu alasan penolakannya. Saat itu Louis memahami bahwa orang-orang yang selama ini bekerja untuk tunanetra memang tampak bersikap baik dan menolong. Akan tetapi, pada umumnya mereka berpendapat bahwa orang-orang buta tidak secerdas mereka yang bisa melihat, sehingga orang buta seharusnya cukuplah puas dengan hanya melakukan hal-hal sederhana saja; membaca kalimat-kalimat pendek serta pesan-pesan singkat, dan memahami arah; yang berarti orang buta tak perlu membaca buku.

Dalam perjalanannya mengupayakan agar alfabet ciptaannya diterima dan digunakan secara resmi de sekolah-sekolah, Louis bahkan sempat mendapatkan penolakan yang sangat keras dari kepala sekolah tempatnya mengajar.

Saat Louis menyelesaikan penelitiannya, sekolah tersebut masih dipimpin oleh DR. Pignier, seorang kepala sekolah yang sangat memahami pemikiran Louis. Bahkan, ketika Louis memintanya untuk mengupayakan dukungan baik dari masyarakat yang menyangga penyelenggaraan sekolah secara finansial maupun dari Pemerintah Perancis, ia pun melakukannya. Surat-surat pun lalu dikirimkan kepada semua pihak. Ada yang segera menanggapi, ada juga yang tidak segera merespon. Dari semua jawaban yang diterima, ada dua kelompok. Yang pertama mengatakan bahwa ide Louis sangat baik, tapi itu disampaikan hanyalah sebagai ungkapan penolakan secara tidak langsung. Kelompok kedua adalah mereka yang langsung marah dan menolak, dan menginginkan tetap diberlakukannya metode lama – huruf-huruf timbul yang selama ini telah digunakan; tidak perlu ada perubahan.

Sementara menunggu dukungan dari Pemerintah, Louis terus mengajarkannya kepada murid-murid lain, dan mereka mulai membuat catatan-catatan di kelas. Hal ini juga masih terus berlangsung saat Louis menyelesaikan pendidikannya dan diangkat menjadi guru di sekolah tersebut. Bahkan, setelah menjadi guru, Louis mulai menulis buku-buku pelajaran dalam alfabet berbentuk titik timbul ciptaannya itu, yang secara bertahap mengisi perpustakan sekolah.

Tapi, di tahun 1841, DR. Dufau mengambil alih kepemimpinan sekolah, dan melarang penggunaan alfabet ciptaan Louis. Dufau tak segan menghukum murid yang tertangkap atau ketahuan secara sembunyi-sembunyi masih menggunakannya. Tidak hanya itu, dia juga bahkan membakar semua buku-buku yang ditulis Louis, yang selama tahun-tahun keberadaannya sebagai guru telah memenuhi perpustakaan sekolah.

Larangan Kepala Sekolah Dufau juga didukung oleh guru-guru, yang selama ini mencemaskan penemuan Louis demi untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Guru-guru ini berpikir, jika para siswa membaca dengan huruf-huruf timbul seperti semula, guru akan dengan mudah mengajar, karena mereka telah mengenal dengan baik huruf-huruf besar dan timbul itu. Sedangkan, jika menggunakan alfabet ciptaan Louis, itu berarti mereka harus juga mempelajari sesuatu yang baru. Lebih dari itu, kekhawatiran mereka juga, jika huruf ciptaan Louis telah digunakan lebih banyak tunanetra, besar kemungkinan sekolah juga akan dikelola oleh para tunanetra, dan mereka akan kehilangan pekerjaan.

Itulah puncak masa-masa sulit Louis. Ia tidak hanya berjuang mengupayakan penggunaan alfabet ciptaannya untuk orang-orang buta, tapi ia juga harus berjuang melawan penyakit Tuberculosis yang dideritanya, yang makin hari kian bertambah parah.

Di sisi lain, Louis juga mendapati murid-murid tetap bersemangat menggunakannya; menulis catatan, buku harian serta pesan rahasia antar sesama murid, seolah tak peduli pada larangan kepala sekolah. Murid senior terus mengajarkan kepada siswa yunior, meski secara rahasia. Mereka juga senantiasa bisa menemukan alat-alat pengganti untuk menulis, setelah Dufau memusnahkan stylus-stylus mereka. Situasi ini ternyata dibaca oleh seorang guru lain, DR. Joseph Gaudet, satu-satunya guru yang saat itu berpihak pada Louis. Sikap empatinya dilandasi pada kesadaran bahwa, Dufau mungkin saja bisa melarang penggunaan alphabet ciptaan Louis, akan tetapi, dia tidak mungkin bisa menghentikan murid-murid menggunakannya. Mereka sangat bersemangat, mereka menyukainya, karena alphabet itu sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dengan kecerdikannya berdiplomasi, Joseph Gaudet berhasil meyakinkan Dufau, kepala sekolah yang sebenarnya orang yang sangat ambisius mengejar kepentingan pribadinya, bahwa, akan sangat baik bagi Dufau jika dia menjadi orang pertama yang memberlakukan secara resmi alfabet ciptaan Louis di sekolah mereka daripada terus melarangnya. Dengan melarang, Dufau akan berada di pihak yang kalah, karena murid akan terus menggunakannya, meski secara sembunyi-sembunyi. Tetapi, jika mengijinkan, dia akan menjadi pihak yang menang, karena murid-murid dan bahkan juga orang-orang buta di seluruh dunia akan mendukung dan menghargainya.

Akhirnya, di tahun 1844, pada acara peresmian gedung sekolah yang baru, yang dihadiri oleh wakil pemerintah, pemuka masyarakat dan guru-guru – termasuk guru dari sekolah lain, Dufau mendemonstrasikan penggunan alfabet berbentuk titik-titik timbul ciptaan Louis kepada para hadirin. Ia membacakan teks, dan meminta seorang murid menuliskannya dalam alfabet tersebut, serta meminta murid tersebut membaca kembali hasil tulisannya. Sebagian hadirin terkesan, tapi, ada sebagian lain yang mengira itu adalah “trick” semata, dengan alas an murid tersebut telah dipersiapkan sebelumnya. Situasi ini mendorong Louis untuk meminta Kepala Sekolah Dufau mengundang seorang hadirin melakukan hal serupa pada murid lainnya, yang ditunjuk secara mendadak saat itu juga. Setelah terbukti murid berikutnya juga berhasil melakukan hal yang sama, barulah seluruh orang yang hadir percaya, bahwa alfabet berbentuk titik timbul ciptaan Louis adalah penemuan yang “brilian”.

Sejak saat itu, secara bertahap sekolah-sekolah untuk anak-anak buta lainnya mulai menggunakannya, tidak hanya di dalam negeri Perancis, tapi juga di negara-negara lain di Eropa, dan akhirnya di seluruh dunia. Sebagai penghargaan pada Louis Braille, orang lalu menyebut alfabet ciptaannya sebagai “Huruf Braille”, dan tentu saja Louis sangat senang mendengarnya.

* Belajar Dari Louis Braille *

Louis Braille adalah anak seorang pembuat harness terkenal, Simon Braille, lahir empat Januari 1809 di Coupvray, sebuah desa di Perancis. Sejak menjadi buta di usia tiga tahun akibat kecelakan di bengkel kerja ayahnya, tak semua hal mudah bagiLouis.

Kala itu, sangat sedikit yang bisa dilakukan orang-orang buta di Perancis. Sebagian besar dari mereka hanya menjadi pengemis, termasuk orang-orang buta di Coupvray. Pada awalnya, kedua orang tua Louis pun sangat merasa kasihan pada anak lelaki mereka yang kini menjadi buta. Mereka cenderung melindungi secara berlebihan, bahkan juga memanjakan. Tapi, kemudian, mereka berpikir, Louis harus tumbuh seperti anak-anak lain yang tidak buta. Mereka tidak ingin Louis seperti anak-anak buta lainnya, yang takut melakukan hal apapun.

Mereka lalu mengajari Louis bagaimana mengenali lingkungan rumahnya, hingga ia tidak lagi menabrak benda-benda ketika berjalan. Ayahnya mengajarinya bekerja menghaluskan kulit di bengkel; Louis memang tidak dapat melihat, tapi dia bisa merasakan kehalusan kulit dengan jarinya. Begitu pula Ibunya. Setiap malam, Louis membantu Ibunya menyiapkan meja sebelum makan malam. Louis memahami benar di mana ia harus meletakkan piring, mangkuk dan gelas. Ia juga harus pergi ke sumur mengambil air untuk minum dengan ember. Untuk itu, ia harus melalui jalan kecil yang berbatu. Sering air di embernya tumpah karena ia tersandung batu-batu tersebut. Tapi, Louis tetap harus kembali dengan ember berisi air.

Demi memudahkan Louis, ayahnya lalu membuatkan tongkat dan mengajari Louis bagaimana mengunakannya. Louis mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah dihadapannya ketika berjalan. Dan, jika ujung tongkat itu menabrak sesuatu, tahulah ia, saatnya untuk berhenti dan minggir atau berjalan di sampingnya.

Dalam perkembangannya, Louis juga berhasil menemukan caranya sendiri agar tidak menabrak saat berjalan, yaitu dengan bernyanyi atau bersenandung. Dengan bersuara, Louis dapat merasakan jika ada benda-benda di hadapannya, dinding, pintu, atau lemari; gema suaranya akan terpantul kembali lebih cepat jika ada benda-benda di hadapannya. Ia belajar dari apa yang dilakukan kelelawar. Meski tidak dapat melihat dengan jelas, kelelawar tetap dapat terbang di malam gelap, itu karena mereka terbang sambil bersuara.

Begitu juga halnya dengan cara Louis mengenali lingkungan di sekitarnya. Ia senantiasa bisa menemukan cara untuk membuat dirinya semakin hari semakin pandai, mengenali dan membedakan; suara orang-orang, langkah kaki kuda dan lain-lain. Ia hidup dengan mengandalkan tanda-tanda yang dia tetapkan sendiri; Ini semua tidak lepas dari peran orang tua yang sedini mungkin mengajarkan pada Louis segala hal yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak buta. Hanya saja, Louis harus melakukannya dengan cara yang sedikit berbeda.

Meski buta, Louis tetap tumbuh menjadi anak yang penuh rasa ingin tahu. Ia juga tidak ingin dikasihani. Saat menginjak usia enam tahun, kedua orang tuanya bingung, tak ada sekolah untuk anak buta di desa mereka. Tapi, berkat pertolongan pendeta Jacques Palluy di desanya, Louis memulai kegiatan belajar.
Awalnya, sang pendetalah yang memberikan pelajaran pada Louis. Tapi, lambat laun, Sang Pendeta mulai merasa kesulitan atas pertanyaan-pertanyaan Louis; lebih dari itu, ia memang bukan guru. Maka, ia lalu mencoba menitipkan Louis belajar di satu-satunya sekolah di Coupvray. Semula, Louis bisa mengikuti semua pelajaran dengan baik, dengan cara mendengarkan; ini sangat membuatnya senang karena bisa bersekolah. Tapi, saat guru meminta murid-murid “membuka buku”, Louis merasa sedih, karena tak ada yang bisa ia lakukan. Sesekali ia meraba-raba saja buku temannya, tapi tak ada yang bisa ia baca di sana.

Untuk mengatasinya, di luar jam pelajaran, kadang Louis meminta teman-temannya membacakan buku untuknya. Tapi, tentu ini sangat tergantung pada kesediaan
mereka meluangkan waktu. Di saat seperti ini, satu-satunya yang Louis pikirkan adalah betapa menyenangkan jika dapat membaca buku sendiri.

Keinginan dan kesadaran akan pentingnya menulis dan membaca terus menuntun Louis, hingga saat Pendeta Palluy berhasil membantu menemukan The Royal Institute Of Blind Youth, sebuah sekolah untuk tunanetra di Paris, yang kemudian menjadi tempat Louis belajar dan bekerja, serta menciptakan alfabet berbentuk titik-titik timbul untuk para tunanetra.

Keberhasilan Louis memang tak bisa dilepaskan dari dukungan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang tua, pemuka agama di desanya, guru serta teman-temannya baik saat bersekolah di Coupvray maupun di Paris, teman sesama guru dan kepala sekolah sebagai pimpinanya saat telah bekerja, para pemuka masyarakat yang peduli pada pendidikan anak-anak tunanetra, dan yang merupakan keharusan adalah dukungan pemerintah Perancis dengan mengakui huruf ciptaannya secara resmi.

Namun, itu semua bisa terjadi, karena Louis juga menunjukkan keinginan yang luar biasa untuk mencapai kemajuan, bahkan membuat perubahan. Hal ini sudah mulai ditampakkannya saat ia mulai belajar di sekolah umum di Coupvray. Louis mengerti benar apa yang ia dan orang-orang buta pada umumnya butuhkan, dan ia berusaha serta berjuang untuk mewujudkannya. Tidak hanya itu, ketekunan dan kegigihan berusaha guna mencapai apa yang dicita-citakan, agar orang-orang buta juga dapat menulis dan membaca buku-buku melalui penemuan alfabet berbentuk titik-titik timbul adalah juga factor penentu.

Ia terus mencoba dan berusaha; bahkan tidak putus asa meski semua buku hasil tulisan tangannya sempat dimusnahkan. Rasa sedih, marah dan kecewa karena tidak atau belum mendapatkan tanggapan yang diinginkan juga sering dirasakannya. Akan tetapi, keinginannya agar tunanetra di seluruh dunia dapat menulis dan membaca buku sehingga dapat menjadi orang-orang yang berpendidikan telah mengalahkan segala perasaan yang tidak menyenangkan itu. Bahkan, rasa sakit akibat tuberculosis pun tak menghentikannya untuk terus melangkah.

Kini, 185 tahun setelah Louis Braille menciptakan huruf Braille, Cita-citanya masih belum sepenuhnya tercapai. Di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia,masih banyak anak-anak tunanetra belum bersekolah di saat usia mereka sudah memasuki masa duduk di kelas. Mereka belum mengenal huruf, apalagi membaca. Mereka yang sudah dapat membaca pun masih belum dicukupi dengan buku-buku yang mereka perlukan.

Masih dibutuhkan ratusan Louis Braille, ribuan orang seperti Pendeta Palluy, DR. Pignier, Joseph Gaudet, bahkan orang seperti Dufau di seluruh penjuru bumi. Louis Braille telah mencontohkannya kepaa kita semua, diperlukan kerja sama untuk mewujudkan impian. Di era dengan dukungan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, seharusnyalah upaya meneruskan perjuangan Louis Braille agar para tunanetra dapat menjadi manusia berpendidikan bukanlah hal yang terlalu sulit. Diperlukan upaya bersama, kegigihan, ketekunan serta komitmen dan konsistensi semua pihak, seperti yang dicontohkan Louis Braille.



Sumber: Louis Braille, The Boy Who Invented Books for the Blind
By: Margaret Davidson
Published by Scholastic Inc.


Watak Berdasarkan Golongan Darah

# Watak Golongan Darah A #

Setelah dianalisa watak golongan darah A maka diperoleh bahwa gol.darah A memiliki watak Melankolis. Walaupun ada sedikit penyimpangan yang menggambarkan bahwa A suka bergosip. Berikut uraian analisanya:

- Bashful=menghindari perhatian orang, akibat rasa malu.
- Respectful=memperlakukan orang lain dengan rasa segan, kehormatan dan penghargaan.
Loyal=Setia kepada seseorang, gagasan atau pekerjaan, kadang-kadang melampaui alasan.
- Analytical=suka menyelidiki bagian-bagian hubungan yang logis dan semestinya.
- Planner=memilih untuk mempersiapkan aturan-aturan yang terinci sebelumnya dalam pekerjaan.
- Detailed=Melakukan segala-galanya secara berurutan dengan ingatan yang jernih.
- Perfectionist=menempatkan standar yang tinggi pada dirinya dan orang lain


# Watak Golongan Darah B #

Setelah dianalisa watak golongan darah B maka diperoleh bahwa gol.darah B memiliki watak Sanguinis. Ada sedikit sifat koleris . Berikut uraian analisanya:

- Scatterbrainned = tidak mudah berkonsentrasi dan menaruh perhatian pada suatu hal.
- Unpredictable = bergairah sesaat dan sedih pada saat berikutnya, atau bersedia membantu tetapi kemudian menghilang atau berjanji akan datang kemudian lupa untuk muncul.
- Undisciplined = orang yang kurang keteraturannya mempengaruhi hampir semua bidang kehidupannya.
- Show-offs = perlu menjadi pusat perhatian, ingin dilihat.
- Outspoken = bicara terang-terangan tak bisa menahan diri.
Yang terakhir ini sebenarnya sifat koleris.
Jadi uraian di atas golongan darah B mempunyai watak Sanguinis Dominan, dengan sedikit koleris.

Salah satu kelebihannya adalah suka berbicara apa adanya, meskipun dalam pikirannya sama dengan orang lain , tapi tidak segan tuk mengatakannya.

# Watak Golongan Darah O #

Setelah dianalisa watak golongan darah O maka diperoleh bahwa gol.darah O memiliki watak Koleris dengan sedikit Senguinis. Berikut uraian analisanya:

- Impatient = orang yang merasa sulit bertahan untuk menghadapi kesalahan atau menunggu orang lain.
- Short-tampered = Mudah marah (sumbu yang pendek).
- Frank = blak-blakan, mengatakan langsung tepat apa yang dipikirkannya tanpa sungkan-sungkan.
- Mover = sulit duduk diam-diam, terdorong keperluan untuk produktif.

Sifat golongan darah O yang Undisciplined yang merupakan salah satu sifat Sanguinis.


# Watak Golongan Darah AB #

Setelah dianalisa watak golongan darah AB maka diperoleh bahwa gol.darah AB memiliki watak Phlegmatis dengan sedikit sifat melankolis Berikut uraian analisanya:

- Lazy = Menilai pekerjaan atau kegiatan dengan ukuran berapa banyak tenaga yang diperlukannya.
- Slow = Bertindak atau berpikir lambat.
- Dry Humor = Memperlihatkan “kepandaian bicara yang menggigit” biasanya kalimat sederhana yang sarkastis.
- Unenthusiastic = cenderung tidak bergairah
- Loner = Memerlukan banyak waktu pribadi dan cenderung menghindari orang. Yang satu ini adalah salah satu sifat melankolis.


Tips Memilih Susu untuk Ibu Hamil

Kesehatan ibu hamil akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan calon jabang bayi yang dikandungnya. Untuk mengoptimalkan kondisinya, ibu biasanya mengonsumsi makanan tambahan berupa susu. Hasil riset menunjukkan ibu yang kurang mengonsumsi susu biasanya menghasilkan bayi dengan bobot minim. Rupanya susu membantu perkembangan anak sewaktu dalam janin. Selain itu, susu juga memberikan tulang kuat bagi ibu. Dari berbagai merk yang beredar di pasaran, kami memilih empat susu yang diformulasikan untuk ibu hamil.



Indikator yang digunakan
Rasa : 1: Kurang 5: Enak
Harga : 1: Murah 5: Mahal

1. Frisian Flag Mama
Susu berlambang bendera ini telah dilengkapi kolin, berguna membentuk sel yang sehat, inulin untuk menjaga saluran fungsi pencernaan, serta vitamin B6 agar ibu tidak mual saat hamil. Susu yang dibuat di bawah pengawasan Friesland Food Belanda ini juga telah dilengkapi DHA, Omega 3 & 6, serta Asam Folat untuk bayi sehat dan sempurna.
Rasa=3 Harga=2

2. Prenagen Instant
Prenagen rasa mocha ini merupakan salah satu yang terlezat, dengan menonjolkan DHA, Kolin, Asam Folat, Protein, dan zat besi. Protein sendiri amat penting sebagai nutrisi pembangun sel dan pengatur tubuh, sementara zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah dan mengurangi resiko kekurangan sel darah merah dalam masa kehamilan.
Rasa=4 Harga=3

3. EnfaMama
Susu yang satu ini memiliki kandungan kalsium (dalam prosentase AKG atau angka kecukupan gizi) tertinggi di grup kali ini, dengan 65%. Kalsium merupakan zat penting dalam masa kehamilan, karena memiliki peran penting dalam pembentukan tulang dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi. Selain itu, menurut kami, rasa coklatnya merupakan paling lezat dan menggugah selera.
Rasa=4 Harga=3

4. Lactamil (BEST VALUE)
Tersedia dalam rasa coklat dan vanila dengan ukuran 185 dan 370 gram. Lactamil merupakan satu-satunya susu yang diulas di sini yang mengandung Prebiotik FOS yang membantu mempertahankan fungsi saluran pencernaan. Tentunya nutrisi lain yang penting untuk menunjang kehamilan seperti DHA, Omega 3&6, kalsium, asam folat, dan zat besi juga ada di dalamnya. Selain itu, harganya merupakan yang termurah jika dihitung per gram.
Rasa=4 Harga=1

Sumber: GEMS

Komparasi Risiko Bank Syariah vs Konvensional

Bisnis adalah suatu aktifitas yang selalu berhadapan dengan resiko dan return. Bank syari’ah dan bank konvensional adalah salah satu unit bisnis. Oleh karena itu, bank syari’ah dan bank konvensional juga menghadapi risiko yang ada dalam industri perbankan yaitu risiko pasar, kredit, likuiditas, operasional, hukum, reputasi, strategi dan ekuitas. Komponen risiko pasar dapat di kelompokkan sebagai risiko tingkat suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko harga. Namun, karena karakteristik yang spesifik dari transaksi bank syari’ah yang kontrak transaksinya tidak didasarkan tingkat suku bunga, maka risiko perubahan tingkat suku bunga bukan merupakan komponen risiko pasar yang dihadapi bank syari’ah. Oleh karena itu artikel ini akan membahas perbandingan risiko pada bank syariah dengan bank konvensional.


Risiko-risiko yang terdapat pada perbankan, menurut PBI No. 5/8/PBI/2003 Bab II pasal 4 butir 1 antara lain :

a. Risiko Kredit (credit risk)

Adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak memenuhi kewajibannya. Pada bank umum, pembiayaan disebut pinjaman, sementara di bank syariah disebut pembiayaan, sedangkan untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam persentase yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada bank syariah, tingkat balas jasa terukur oleh sistem bagi hasil dari usaha. Selain itu, persyaratan pengajuan kredit pada perbankan syariah lebih ketat dari perbankan konvensional sehingga risiko kredit dari perbankan syariah lebih kecil dari perbankan konvensional.

Oleh sebab itu pada sisi kredit, dalam aturan syariah, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli murabahah.

Mekanisme seperti itu, akan mencegah kemungkinan dana kredit digunakan untuk transaksi spekulasi, atau untuk jual beli valas. Jika terjadi default, bank mudah mendapatkan dananya kembali karena ada aset yang nilainya jelas berupa sejumlah kredit yang dikucurkan. Dalam bank syariah, karakter nasabah (personal garansi) lebih dinomorsatukan, ketimbang cover guarantee berupa aset (Karim, 2003).

Dengan demikian debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan usahanya berjalan baik akan mendapat prioritas. Oleh sebab itu, risiko bank syariah sebetulnya lebih kecil dibanding bank konvensional. Bank syariah tidak akan mengalami negative spread, karena dari dana yang dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa.

b. Risiko Pasar

Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar. Pada perbankan syariah tidak terdapat risiko pasar dikarenakan perbankan syariah tidak melandaskan operasionalnya berdasar risiko pasar.

c. Risiko Likuiditas

Risiko antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan liabilitas. Apabila bank menahan aset seperti surat-surat berharga yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan dananya, maka resiko likuiditasnya bisa lebih rendah. Sementara menahan aset dalam bentuk surat- surat berharga membatasi pendapatan, karena tidak dapat memperoleh tingkat penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan pembiayaan.

Faktor kuncinya adalah bank tidak dapat leluasa memaksimumkan pendapatan karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Oleh karena itu bank harus memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat. Terlalu banyak likuiditas akan mengorbankan tingkat pendapatan dan terlalu sedikit akan berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat diketahui sebelumnya, yang akan berakibat meningkatnya biaya dan akhirnya menurunkan profitabilitas. (Zaenal Arifin, :66)

Pada bank syariah, dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana.

Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.

d. Resiko Operasional (operational risk)

Menurut definisi Basle Committe, resiko operasional adalah resiko akibat dari kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Resiko ini lebih dekat dengan keasalahan manusiawi (human error), adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko operasional .

e. Risiko Hukum

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau lemahnya perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko hukum.

f. Risiko Reputasi

Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko reputasi.

g. Risiko Stratejik

Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko stratejik.

h. Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko kepatuhan.


Written by InfoPerbankan.Com
Powered by Blogger